Kronik Pembunuhan Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib menjabat khalifah setelah Utsman bin Affan. Saat dilantiknya saja penuh dengan polemik terutama masalah kasus kematian Utsman bin Affan yang tak pernah terselesaikan. Ketika Ali bin Abi Thalib menjabat khalifah, beliau pernah melancarkan penaklukkan di Nahrawan. Dari sinilah asal muasal penyebab kematian Ali bin Abi Thalib. Penasaran? simak penjelasan di bawah ini! tegang dan mengharukan!
1. Kesepakatan 3 Assasin

3 laki-laki misterius sedang berdiskusi di suatu ruangan. (image by chatgpt)
Suatu hari, ada 3 lelaki Khawarij (barisan pembenci Ali) sedang berkumpul untuk melancarkan serangan kepada 3 orang. 3 orang ini yaitu: Abdurrahman bin Amr (Ibnu Muljam), Al Burrak bin Abdillah At Tamimi, dan Amr bin Bakr. Mereka sepakat untuk mengemban tugas masing-masing untuk membunuh Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, dan Amr bin Ash. Sedangkan Ibnu Muljam kebagian misi untuk menghabisi Ali bin Abi Thalib.
2. Mahar Nyawa

Seorang mata-mata sedang merayu wanita cantik di belakang sebuah rumah. (image by chatgpt)
Saat ini, posisi Ali bin Abi Thalib berada di Kufah. Ibnu Muljam langsung aja berangkat kesana pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Sesampainya di Kufah, Ibnu Muljam sempat ngobrol dengan teman-temannya yang sesama Khawarij untuk mengetahui situasi dan kondisinya. Setelah pembicaraan yang cukup nostalgia tentang perang Nahrawan, Ibnu Muljam tiba-tiba melihat wanita yang begitu cantik bernama Qatham binti Asy-Syijnah dan dibuatnya mabuk kepayang.
Ibnu Muljam akhirnya meminangnya dan si wanita meminta 3 mahar yang salah satu maharnya bikin bulu kuduk merinding. 3 mahar yang diajukan Qatham yaitu: 3000 Dirham, seorang budak, dan nyawa Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
3. Malam Tragedi

3 orang misterius bersembunyi di halaman depan rumah. (image by chatgpt)
Untuk melancarkan aksinya, Ibnu Muljam dibantu oleh 2 orang, yaitu: Syabib bin Bajrah dan Wardan. Syabib awalnya tak mau melakukan aksi pembunuhan ini, namun Ibnu Muljam menghasutnya dengan dendam kepada teman-teman khawarijnya yang telah dibantai oleh Ali bin Abi Thalib di Nahrawan. Syabib akhirnya mau menuruti kemauan Ibnu Muljam.
3 orang ini kemudian bersembunyi di balik pintu rumah khalifah ketika waktu fajar menjelang sambil menghunuskan pedang masing-masing. Saat Sayyidina Ali bin Abi Thalib keluar untuk membangunkan tetangganya shalat, dengan cepat Syabib memukul tengkuk dan menebaskan pedangnya ke arah kepala Khalifah Ali bin AbiThalib hingga mengucurkan darah. Darah mengucur sampai membasahi jenggot beliau
Ibnu Muljam juga segera menebas kepala Sayyidina Ali hingga menambah luka robek yang ada. Ali bin Abi Thalib yang melihat kaum muslimin mulai berdatangan segera menyuruh mereka semua untuk mengejar 3 orang ini. Sayyidina Ali tidak langsung meninggal setidaknya untuk 2-3 kedepan karena daya tahan tubuh beliau yang di luar manusia normal.
Wardan yang sudah melarikan diri duluan, berhasil dikejar oleh lelaki dari Hadhramaut dan langsung membunuhnya di tempat. Ada riwayat yang mengatakan, Syabib bersembunyi di rumah kerabatnya namun juga terbunuh karena mengetahui tindakan kriminal yang dilakukan Syabib. Ibnu Muljam pun diinterogasi mengapa dia sampai tega membunuh Khalifah. Ibnu Muljam mengatakan upaya pembunuhan ini ia lancarkan untuk membalas dendam kejadian di Nahrawan.
Selain itu, dia juga telah mengasah pedangnya selama 40 hari dan melumurinya dengan racun. Ia kemudian dieksekusi 3 hari selepas kematian Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
4. Pemakaman yang dirahasiakan

Sebuah makam yang baru saja dibuat. (image by chatgpt)
Jenazah Ali bin Abi Thalib kemudian dimakamkan di Darul Imarah, Kufah.
Kabar yang digembor-gemborkan orang-orang Syi’ah bahwa Ali bin Abi Thalib bahwa makamnya berada di Najaf juga adalah kabar bohong. Pasalnya, makam yang selama ini disucikan oleh orang-orang Syi’ah adalah makam dari al Mughiroh bin Syu’bah. Ibnu Asakir juga memberikan keterangan dari riwayat Hasan bin Ali bahwa Hasan telah mengebumikan jenazah ayahnya di kamar milik keluarga Ja’dah.
peristiwa tersebut merupakan klimaks dari konflik politik dan ideologis pasca wafatnya Rasulullah ﷺ, khususnya setelah Perang Shiffin dan kemunculan kelompok Khawarij. Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang Khawarij, saat sedang shalat Subuh pada 19 Ramadan 40 H di Kufah. Aksi ini mencerminkan bagaimana fanatisme dan penyimpangan ideologis dapat melahirkan kekerasan terhadap bahkan sosok pemimpin yang adil dan alim. Tragedi ini menjadi titik penting dalam sejarah Islam yang mempertegas betapa rentannya umat ketika kekuasaan diperebutkan tanpa menjunjung hikmah, musyawarah, dan kesatuan hati.
Referensi:
Bidayah Wa An Nihayah karya Ibnu Katsir pada bab Khulafaur Rasyidin
Mantap… Karya yg bagus dan menarik utk dibaca.
Beberapa penulisan masih kurang rapi dan ada kesalahan. Semoga ke depannya lebih baik lagi.
Terima kasih kak masukan dan kritiknya, admin akan berusaha lebih baik lagi.
Terimakasih sudah menulis sejarah ini, tetapi ada sedikit masukan dari saya, semoga kedepannya diteliti kembali tata bahasa dan kalimatnya karena ada typo di bagian “Untuk melancarkan aksinya, Ali bin Abi Thalib dibantu oleh 2 orang, yaitu: Syabib bin Bajrah dan Wardan.” Harusnya si ibnu muljam kan yah hehe… Kerenn semangat selalu
Makasih kak, segera admin perbaiki
Seru juga bacanya, tapi terlalu singkat
Makasih kak, harusnya lebih panjang yaa heheh
Berarti pembunuhan sayyidina ali tidak terjadi ketika beliau sedang sholat ya, melainkan ketika baru keluar rumah.
betul, baru keluar rumah
Pada paragraf terakhir itu yang dibunuh oleh Abdurrahman bin muljam Ali siapa?
Pada paragraf terakhir no 4. Yang dibunuh oleh Abdurrahman bin muljam pada saat sholat subuh Ramadhan ke 19 itu Ali siapa mas?
Seru bacanya, bisa nambah ilmu tentang sejarah Islam. Penulisan bahasanya ringan, singkat, tapi padat dengan isi sehingga langsung menuju ke inti pembicaraan. Mantap deh pokoknya 🔥