Dark History: 20 Ulama Yang Berakhir Tragis Karena Kriminalisasi Oleh Penguasa

Melacak jejak sejarah peradaban Islam, kita akan menemukan serangkaian peristiwa kekerasan yang menimpa para cendekiawan. Hampir semua ulama, baik dari masa klasik hingga era kontemporer, pernah merasakan dampak kekerasan baik fisik maupun psikis. Hal demikian dipicu oleh keberanian mereka dalam mengeksplorasi dan menyebarkan gagasan-gagasan intelektual yang terkadang menentang khalifah. Ketahui lebih lengkapnya dengan menyimak artikel berikut!

  1. Abu Hayyan al-Tauhidi. Seorang pemikir dan teolog yang sangat produktif. Beliau meninggal dalam pengasingan dan hidup dalam kemiskinan. Sebelum wafat, ia menyatakan kemarahannya dengan membakar semua bukunya, seolah berkata, “Kalian tidak pantas mendapatkan pemikiranku!”. Perbuatan yang ia lakukan adalah bentuk protesnya terhadap siksaan yang ia alami sepanjang hidupnya.
  2. Saifuddin al-Amidi (w. 631 H). Seorang ulama fikih dari mazhab Hanbali yang sangat disegani di Mesir. Ia difitnah dan dituduh melakukan bid’ah karena kecemerlangan pemikirannya. Akibatnya, ia terpaksa melarikan diri dari Mesir ke Hama, lalu ke Suriah, dan akhirnya berakhir di Damaskus. Meskipun kepandaiannya cepat dikenal di Damaskus, para pembencinya terus mengejarnya hingga ia dipecat dari posisi profesor di Perguruan Aziziyah.
  3. Al-Baidhawi. Seorang Hakim Agung bermazhab Syafi’i di Syiraz (wafat 685 H). Pernah difitnah sebagai penganut Syiah. Akibat tuduhan palsu ini, ia mengalami banyak kesulitan.
  4. Imam Ibn al-Arabi. Fakih (ahli fiqih) dan Hakim dari mazhab Maliki dipenjarakan dan diasingkan.
  5. Imam Ibn al-Qayyim al-Jauzi. Di siksa dalam penjara. Dikisahkan bahwa ia disiksa dengan begitu kejam hingga tubuhnya berlumuran darah. Dalam kondisi mengenaskan tersebut, ia dinaikkan ke atas keledai dan diarak keliling kota.
  6. Imam Ibn Taimiyah (guru dari Imam Al-Qayyim) disiksa dan dipenjara karena pemikirannya yang revolusioner. Ibn Taimiyyah wafat sebagai martir setelah dipenjara dan diasingkan dari Mesir serta Suriah. Penahanan dan pengasingan ini diakibatkan oleh tulisan-tulisannya yang dianggap menyinggung pihak berwenang. Pada akhirnya, ia dibiarkan meninggal dunia di dalam penjara.
  7. Imam Al-Sarakhsi (Hakim Madzhab Hanafi). Dia dijebloskan ke penjara dan disiksa karena integritasnya dalam bidang hukum. Ironisnya, sebagian besar karyanya justru lahir di balik jeruji besi.
  8. Ibn Ruysd. Ia dipukuli dan dibuang karena pandangan rasionalis yang dianutnya, yang pada akhirnya menyebabkan kematiannya.
  9. ‘Izzuddin Abdus Salam (Hakim dari mazhab Syafi’i). Ulama tersebut dipenjara dan diasingkan karena mengkritik serta mencela aliansi Sultan dengan musuh-musuhnya, yaitu Tentara Salib Kristen. Tindakan ini menunjukkan bahwa menyampaikan kritik terhadap kebijakan penguasa, terutama yang dianggap membahayakan kepentingan Islam, dapat berujung pada hukuman berat.
  10. Al-Kiya Al-Harrasi (Hakim dari mazhab Syafi’i). Ia dituduh melakukan bid’ah oleh para penentangnya. Akibatnya, ia dijebloskan ke penjara, disiksa, dan nyaris menghadapi eksekusi mati. Beruntung, sejumlah temannya berhasil menyelamatkannya dengan mengumpulkan tanda tangan pada sebuah petisi yang membuktikan integritasnya.
  11. Imam An-Nasa’i (Imam Kutubus Sittah). Seorang ulama hadis terkemuka, yang karyanya diakui sebagai salah satu dari enam koleksi hadis paling otoritatif. Beliau pernah mengalami penganiayaan di Mesir. Kedengkian orang-orang terhadapnya membuat ia disiksa, hingga akhirnya memutuskan untuk berpindah ke Palestina. Namun, di tanah yang baru ini pun, cobaan tak berhenti. Ia menolak memberikan pembenaran terhadap kebijakan politik tertentu, termasuk menolak memuji Mu’awiyah. Penolakannya ini berujung pada pemukulan kejam yang menyebabkan luka parah, dan akhirnya merenggut nyawanya.
  12. Imam Ibn Jarir at-Tabari (Ahli Tarikh, mufassir dan Qadhi). Keputusannya untuk menolak semua jabatan dan posisi berbuah kebencian dari kelompok-kelompok tertentu. Akibatnya, ia menjalani hidup di bawah kezaliman para pengikut Hambali yang fanatik. Pada akhirnya, tak ada seorang pun yang berani berurusan atau bahkan menjenguknya. Buku-bukunya dibakar, dan bahkan kuburannya dinodai oleh para pembencinya, sebuah akhir yang tragis bagi seseorang yang memilih jalan berbeda.
  13. Fudhail bin Iyadh (gurunya Imam Syafi’i). Ia harus merelakan jabatannya di pengadilan, lalu menghembuskan napas terakhirnya dalam keterasingan.
  14. Imam Jalaludin As-Suyuthi. Ulama dengan julukan “Putra buku” (ibn al-kutub), demikian ia dikenal, berjuang keras menghadapi berbagai kedengkian dan permusuhan. Rasa frustrasi yang mendalam akhirnya mendorongnya untuk menarik diri dari kehidupan publik, memilih kesendirian yang ditemani oleh sahabat setianya yaitu buku-buku.
  15. Imam An-Nawawi. Imam Nawawi, seorang ulama terkemuka dan dikenal karena keberaniannya menentang pajak tinggi yang diberlakukan oleh kerajaan. Sikap tegasnya ini berujung pada pemecatan dirinya dari posisi pengajar dan diusir dari Damaskus. Ia kemudian mengembara ke Mesir dan sempat menduduki jabatan sebagai hakim kepala. Namun, nasib malang kembali menimpanya yaitu ia dipecat dan bahkan dipenjarakan. Akhir hidup Imam Nawawi sungguh pilu, ia meninggal dunia dalam kemiskinan dan kesendirian di rumah ayahnya di Nawa, wilayah selatan Damaskus.
  16. Imam Ibn Katsir. Ibnu Katsir, seorang ulama terkemukan menunjukkan keteguhan luar biasa ketika ia menolak tekanan pemerintah untuk mengeluarkan fatwa sesuai pesanan mereka. Penolakan heroik ini mencerminkan integritas intelektualnya yang sayangnya harus dibayar mahal. Akibatnya, ia dipenjarakan dan mengalami penganiayaan yang kejam dan biadab. Kisah ini menjadi salah satu bukti bagaimana para pemikir di masa lalu kerap berhadapan dengan konsekuensi pahit demi mempertahankan kebenaran dan kebebasan berpikir mereka.
  17. Imam As-Subki. Seorang hakim agung di Suriah turut menjadi korban kebodohan dan kedengkian. Ia dituduh melakukan bid’ah yang berujung pada pemecatan, penahanan, dan berbagai siksaan pedih. Sebuah nasib yang ironis bagi seorang penegak keadilan.
  18. Syaikh Al-Jabarti. Al-Jabarti, seorang sejarawan terkemuka harus menanggung penderitaan yang tak terhingga. Keberanian dan kejujurannya dalam menulis justru membawanya pada fitnah keji. Rezim berkuasa melarang semua karyanya dan penderitaannya memuncak ketika putra kesayangannya dibunuh secara brutal. Jasadnya diarak di atas keledai sebagai bentuk penghinaan dan teror.
  19. Syaikh al-‘Ulays. Ia dipukuli saat sedang sakit, lalu dipenjara. Penjara itulah yang menjadi tempat terakhirnya. ia menghembuskan napas sendirian masih dalam keadaan sakit.
  20. Syaikh Mansur Al-Hallaj. Seorang tokoh sufi terkemuka mengalami salah satu penyiksaan paling kejam dalam sejarah Islam. Setelah mendekam di penjara selama sekitar delapan tahun, dicambuk seribu kali, dipukuli, disayat-sayat, dimutilasi, lalu disalibkan sebelum akhirnya dieksekusi. Karena malaikat maut tak kunjung menjemputnya, keesokan harinya lehernya dipenggal. Jasad tanpa kepalanya kemudian disiram minyak dan dibakar. Abu jenazahnya dibawa ke puncak menara dan ditaburkan agar terbawa angin, lalu jatuh hanyut ke aliran deras Sungai Tigris. Sementara itu, kepalanya dikirim ke Khurasan, wilayah yang dikenal sebagai pengikut setia ajarannya. Peristiwa mengerikan ini terjadi di ruang publik, tepatnya di gerbang kota Baghdad yang selalu ramai oleh lalu lalang penduduk dan pendatang.


Referensi:

Fahruddin Faiz, Jurnal ESENSIA Vol. XIII No. 1 Januari 2012. KEKERASAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM (TELAAH TERHADAP PERISTIWA MIHNAH MU’TAZILAH).

Achmad Haris

Hanya mas-mas yang suka nulis dan buat konten

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *