Ja’far Al-Manshur: Kemajuan Daulah Abbasiyah Dengan Kontroversi Di Belakangnya

Khalifah dengan 1001 pencapaian namun penuh kontroversi

Membicarakan Daulah Abbasiyah tak lengkap rasanya jika tak mengulas khalifah Ja’far Al-Manshur. 1001 jasanya membawa Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya. Namun, di balik itu semua ada hal kelam yang terabaikan. Simak ulasan di bawah ini!

1. Gerakan Alih Bahasa Kitab Yunani & Persia

Beberapa ilmuwan terlihat sibuk mengulas buku. (Image by Google Gemini)

Upaya Al-Manshur dalam mempekerjakan ahli bahasa seperti Fade Naubakt dan Abdullah bin Muaqaffa untuk menerjemahkan kitab-kitab penting telah membuka pintu bagi pemahaman ilmu pengetahuan Barat oleh masyarakat umum.

Pada masa itu, banyak naskah penting diterjemahkan, khususnya yang berbahasa Yunani dan Persia. Para khalifah mengutus intelektual ke wilayah Barat, seperti Bizantium, untuk mencari manuskrip Yunani di berbagai bidang ilmu, terutama filsafat dan kedokteran. Sementara itu, di wilayah Timur Persia, para ilmuwan fokus mencari naskah-naskah tentang tata negara dan sastra. Menariknya, sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, naskah Yunani sering kali diterjemahkan dulu ke dalam bahasa Suriah. Ini karena para penerjemahnya kebanyakan adalah orang Kristen Suriah yang menguasai bahasa Yunani.

2. Membangun Ibukota Ikonik

Ilustrasi Ibukota Daulah Abbasiyah. (Image by Google Gemini)

Sebelumnya, pusat ibukota yang awalnya di kota Anbar oleh Al-Manshur dipindah ke Hasyimiyah. Alasannya adalah dekat dengan sungai Tigris yang menjadi pusat transportasi dan jaringan ekonomi air. Kemudian, Al-Manshur membuat desain Ibukota berbentuk lingkaran seperti sarang lebah dengan detail sebagai berikut:

  1. Ibukota berbentuk lingkaran sempurna dengan 2 lapis benteng. Ada ruang selebar 60 hasta (27 m) yang memisahkan benteng dalam dan luar
    • Benteng dalam untuk melindungi kota setinggi 35 hasta (16 m)
    • Terdapat beberapa menara pengawas dan terdapat balkon untuk tempat tentara
  2. Kota Baghdad mempunyai 4 pintu gerbang utama yang saling lurus berhadapan.
  3. Tepat di jantung ibukota ada istana dan masjid agung yang begitu megah.
  4. Di depan istana ada aula pertemusn berbentuk persegi yang diatas aula ada kubah hijau besar dan ada prajurit penjaga membawa tombak dan berdiri gagah.

3. Keseharian Al-Manshur

Ilustrasi seorang sultan dengan mengecek laporan prajuritnya. (Image by Google Gemini)

Khalifah Ja’far Al-Manshur memiliki jadwal kegiatan padat setiap harinya, yaitu:

  1. Pagi – siang:
    • mengatur tentara pada pos-posnya
    • Keliling untuk melakukan inspeksi di lembaga-lembaga hukum
    • Pengecekan pada benteng perbatasan
    • Inspeksi pengamanan jalan
    • pengecekan hasil pungutan pajak, jizyah, dan hasil bumi
    • Auditing kas dan perbendaharaan negara
    • Melakukan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat
  2. Sore hari:
    • Melaksanakan Shalat Ashar berjamaah
    • Berbincang-bincang dengan anggota keluarga dan orang-orang kepercayaannya
  3. Menjelang Malam
    • Seusai shalat Isya’, mengecek pos surat yang masuk
    • berkonsultasi dengan menteri
    • Istirahat
  4. Sepertiga malam-pagi
    • Melakukan Qiyamul Lail
    • Beribadah sampai pagi
    • Menjadi Imam Shalat Shubuh

4. Menyiksa Imam Abu Hanifah

Seorang tengah dipenjara di ruangan gelap dan kumuh. (Image by google gemini)

Imam Abu Hanifah dengan nama asli Nu’man bin Tsabit mendapatkan tawaran dari Ja’far Al-Manshur untuk menempati posisi sebagai Qadhi/Hakim pusat. Alasan sebenarnya Al-Manshur meminta Abu hanifah menjadi hakim adalah agar setiap kebijakan yang keluar dari Khalifah dapat divalidasi sebagai fatwa ulama. Imam Abu Hanifah yang tahu niat asli dari Al-Manshur dengan tegas menolak tawaran tersebut. Abu Ja’far Al-Manshur yang tak kehabisan akalpun menyeret Imam Abu Hanifah ke penjara dan menyiksanya tanpa ampun. Siksaan demi siksaan diterima Abu Hanifah setiap hari hingga tubuh rentanya tak kuat menahan sakit, pakaiannya compang-camping penuh darah kering, badan memar, bibir sobek, dan kulit tersayat membuatnya wafat di Penjara.

5. Menghabisi separuh keturunan Imam Hasan ra

Ilustrasi orang dipenjara. (Image by Google Gemini)

Di zaman khalifah Ja’far Al-Manshur pernah terjadi kudeta yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullah, seorang Alawaiyyin dari jalur Imam Hasan. Ja’far Al-Manshur kemudian menginterogasi seluruh keturunan Imam Hasan untuk mengorek informasi dimana Muhammad bin Abdullah sekarang bersembunyi. Karena hal ini, separuh dzurriyah Imam Hasan meninggal dunia.

Referensi:

  1. Bidayah wan NIhayah karya Ibnu Katsir
  2. Siyarul Alamin Nubala karya Imam Adz-Dzahabi
  3. Khilafah Bani Abbasiyah karya Al-Khudhari

Achmad Haris

Hanya mas-mas yang suka nulis dan buat konten

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *